Penduduk asli Jakarta adalah orang Betawi, yaitu masyarakat keturunan campuran dari ras dan suku yang berbeda-beda, yang menjadikan Jakarta menjadi rumahnya. Termasuk masyarakat yang terbiasa bicara terang-terangan dan demokratis, masyarakat Betawi menerima dan memahami baik budaya yang berbeda-beda dalam kesehariannya, sampai seni, musik dan tradisi. Bahasa Betawi tampak seperti campuran dari bahasa Malay asli dengan pemakaian beberapa kata-kata dari bahasa Sunda, bercampur lagi dengan kata-kata dari bahasa Jawa, Cina, India, Arab bahkan juga dari bahasa Belanda.
Makanan/minuman khas jakarta
Tenang jangan berfikiran negatif dulu ini bukanlah sebuah bir yang anda pikirkan, BIR PLETOK minuman asli Betawi ini dipercaya menjadi minuman kesehatan. Karena di dalam minuman tersebut terdapat banyak sekali rempah-rempah. Ternyata, bir pletok merupakan sumber mata air daerah Betawi.“Ada beberapa versi, saat zaman Belanda ada masyarakat ikut-ikutan minum bir sama orang Belanda. Dulu dibuatnya cuma pakai lada, jahe, dan kayu secang. Itu dibuat, sama-sama minum, sama-sama keringetan, tapi orang Belanda pada mabuk, sedangkan kita sehat. Namanya pun beda. Kalau orang Belanda beer, sedangkan kita bir. Asal kata dari bi’run artinya abyar. Bir artinya sumber mata air dan dari situlah diangkat menjadi bir pletok,
arti pletok yang menjadi nama belakang minuman khas Betawi ini terdapat tiga versi.
Arti pletok itu ada beberapa versi, yaitu versi pertama dibuat dari bambu, tempatnya ditutup dan dituangkan bunyi pletok. Versi kedua ada juga diminum, taruh di teko, dicampur es, teko bahannya kan dari alumunium. Nah, terus dikocok dan bunyilah pletok. Sementara versi ketiga, ada buah secang, buahnya kalau tua warnanya hitam, dibuang bijinya dan dipukul sehingga menjadi bir pletok. Ini murni dari rempah-rempah,”
Dalam mengolah bir pletok, butuh waktu yang lama. Karena proses rempah-rempah harus dibuat dengan cara sederhana serta alami. Proses pembuatannya itu satu hingga dua jam, karena prosesnya yang masih natural dan apa adanya,”
Ciri khas jakarta
Walaupun orang Betawi dikatakan agak ke belakang
berbanding orang Jawa, Minang dan Madura yang dianggap sebagai kaum
pendatang, namun begitu, orang Betawi masih sinonim dengan proses
pembangunan yang berlaku di kota ini yang semasa pemerintahan Belanda
diberi nama Batavia.
Setelah penjajahan Belanda berakhir, Presiden Sukarno
menukar nama Batavia kepada Jakarta kerana nama Batavia tidak begitu
sesuai dengan nuansa Indonesia kerana namanya masih berbau Belanda.
Sehingga kini, ahli-ahli sejarah masih belum jelas
asal-usul masyarakat Betawi ini sama ada nama Betawi itu sendiri
diberikan oleh Belanda kerana orang Betawi juga digelar sebagai Melayu
Jawa kerana bahasa dan budayanya berbeza dengan orang Jawa tulen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar